Oleh: Pak Yusuf Maulana*)

MELIHAT beberapa teman lama yang dulu berjilbab rapat namun kini konsisten lebih “modis” dan minimalis, pertanyaan saya segera melayang: dikemanakan jilbab lebar semasa mahasiswi dulu ya? Sungguh sayang bila jilbab yang dulu membalut rapat kini teronggok dalam kopor tua dan tidak ingin dijamah. Semoga memegangnya kini tidak bak berasa membuka kenangan pahit di era “kejahilan”.

Pilihan berjilbab dengan lebar ataukah mengecil terkadang bukan semata karena kesadaran diri hasil sebuah refleksi mendalam. Ada yang karena kebutuhan di kantor awalnya, lambat laun menikmati dan jadilah kian mengecil busana jilbab penutup kepala. Ada juga yang demi studi di mancanegara, keasyikan hingga pulang ke negeri sendiri. Seolah Indonesia pun layak masuk kondisi darurat yang membolehkan lebih longgar dalam syarat berjilbab.

Bisa pula karena pergulatan dalam rumah tangga. Ada yang suaminya meminta mengecilkan jilbab lebarnya. Bisa saja suaminya dulu sesama aktivis tapi makin “tercerahkan” dengan dunia sehingga mau “menerima realita”. Bisa pula lantaran si suami beragama ala kadar tapi si perempuan dulu menyangka mampu mendakwahi. Alih-alih si suami makin islami dalam berbusana, si istrinyalah yang akhirnya terwarnai. Seorang teman alami ini; dari dulu seorang pengader organisasi mahasiswa Islam, perlahan-lahan melepas semua jilbab, syukurnya belakangan kembali berjilbab meski tidak serapat dulu.

Pergulatan juga bisa karena soal konflik keluarga. Pisah dengan suami kadang memunculkan aksi penanda beda. Karena si suami tetap berislam dalam simbol, istri yang minta dicerai nekat berubah drastis. Kasus lepas jilbab drastis seorang komposer musik dan penyanyi bertalenta pernah kita dengar bukan? Seorang teman juga alami ini.

Yang menyesakkan juga adalah pengecilan jilbab kadang ada contoh dari tokoh anutan. Si fulan sebagai anutan makin kecil jilbabnya. Katanya atas nama dakwah, dan toh sudah memenuhi kriteria menutupi dada. Dalih yang logis ataukah sekadar cari-cari alasan demi ikuti tren? Wallahu’alam, yang jelas banyak perempuan yang sudah berumur dalam dakwah pun mengecilkan jilbabnya dengan permakluman semacam itu—padahal dia dulu dikenal ketat dalam berjilbab.

Baiklah, apa pun alasan, sebab, dan pengokoh pilihan mengecilkan dan/atau marapatseksikan jilbab, ke mana jilbab lebar yang dulu dipakai anggun? Bagaimana pula perasaan hati ini melihat kembali? Sedih, terkenang, atau malu atas kesalahan berpuritan?

)* beliau adalah seorang aktifis dakwah harakah –hadaaniyallahu wa iyyaahu– yang berkecimpung di dunia jurnalistik dan tulis-menulis. Dulu semasa kuliah, saya kenal dekat dengan beliau, sekarang mungkin beliau sudah lupa.

Umroh Keluarga Bahagia Di Awal Ramadhan Bersama Ustadz Yulian Purnama

Program “Umroh Keluarga Bahagia” adalah program umroh yang dirancang untuk jamaah yang berumrah bersama keluarga beserta anak-anaknya. Kami siapkan acara-acara menarik selama perjalanan di tanah suci.Hotel sangat dekat dengan Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi, free kereta cepat Madinah-Makkah, bersama Batik Travel di bulan Februari 2026. Dibimbing oleh Ustadz Yulian Purnama –hafizhahullah

Paket 9 Hari, berangkat: 16 Februari 2026

📲 Tanya-tanya dulu juga boleh! 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Fawaid Kangaswad adalah platform dakwah sunnah melalui website fawaidkangaswad.id dan beberapa kanal di media sosial seperti whatsapp, telegram, instagram dan twitter.

Fawaid Kangaswad juga mengelola Ma’had Fawaid Kangaswad, yaitu program belajar Islam berbasis kitab kuning karya para ulama Ahlussunnah, melalui media grup Whatsapp.

Fawaid Kangaswad juga menyebarkan buku-buku serta e-book bermanfaat secara gratis.

Dukung operasional kami melalui:

https://trakteer.id/kangaswad
(transfer bank, QRIS, OVO, Gopay, ShopeePay, Dana, LinkAja, dll)

Atau melalui:

Bank Mandiri 1370023156371 a/n Yulian Purnama

Semoga menjadi pahala jariyah.

Trending