Di antara salah kaprah yang beredar di masyarakat adalah anggapan bahwa jika seseorang sedang sakit dan ia harus terbaring di kasur atau sedang dalam perawatan intensif, maka tidak wajib shalat.
Padahal orang sakit selama ia masih sadar dan masih berakal, ia tetap wajib shalat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
رُفعَ القلمُ عن ثلاثةٍ : عن النائمِ حتى يستيقظَ ، وعن الصبيِّ حتى يحتلمَ ، وعن المجنونِ حتى يعقِلَ
“Pena (catatan amal) diangkat dari tiga jenis orang: orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila hingga ia berakal” (HR. An Nasa-i no. 7307, Abu Daud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 3513).
Ibunda ‘Aisyah radhiallahu ’anha pernah ditanya,
أَتَجْزِى إِحْدَانَا صَلاَتَهَا إِذَا طَهُرَتْ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ كُنَّا نَحِيضُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلاَ يَأْمُرُنَا بِهِ
“Apakah kami perlu mengganti shalat kami ketika sudah suci?” ‘Aisyah menjawab, “Apakah engkau seorang wanita Haruriyah (Khawarij)? Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi shallallahu‘alaihi wasallam, namun beliau tidak memerintahkan kami untuk menggantinya” (HR. Al Bukhari no. 321).
Ummu Salamah radhiallahu’anha juga mengatakan:
كانت النفساء تجلس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم أربعين يوما
“Dahulu wanita yang sedang nifas di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam duduk (tidak shalat) selama 40 hari” (HR. Ibnu Majah no. 530, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
Perhatikan, dalil-dalil di atas dan dalil-dalil yang lainnya tidak ada yang mengecualikan orang yang sakit dari kewajiban shalat.
Bahkan terdapat beberapa dalil yang menyebutkan keringanan-keringanan cara shalat bagi orang sakit. Yang ini menunjukkan bahwa orang sakit tetap wajib shalat.
1. Shalat boleh dijamak
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ’anhu beliau mengatakan:
جمع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بين الظهرِ والعصرِ ، والمغربِ والعشاءِ بالمدينةِ من غيرِ خوفٍ ولا مطرٍ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjamak shalat Zhuhur dan shalat Ashar, dan menjamak shalat Maghrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujan” (HR. Muslim no. 705).
Para ulama menjelaskan dari hadits ini bahwa sebab bolehnya jamak adalah adanya masyaqqah (kesulitan). Salah satunya kesulitan karena sakit.
2. Laki-laki boleh tidak hadir jama’ah di masjid
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika beliau sakit yang berat, beliau tidak hadir jama’ah di masjid. Aisyah radhiallahu’anha berkata:
أن رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال في مرَضِه : ( مُروا أبا بكرٍ يصلِّي بالناسِ )
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika sakit beliau bersabda: perintahkan Abu Bakar untuk shalat (mengimami) orang-orang” (HR. Bukhari no. 7303).
3. Boleh sambil duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri
Dari Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
كانتْ بي بَواسيرُ ، فسأَلتُ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عنِ الصلاةِ ، فقال : صَلِّ قائمًا ، فإن لم تستَطِع فقاعدًا ، فإن لم تستَطِعْ فعلى جَنبٍ
“Aku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda: shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring menyamping” (HR. Al Bukhari, no. 1117).
Dan orang sakit yang sangat lemah sehingga tidak mampu bergerak atau perawatannya membuat ia tidak mampu bergerak maka ia juga tetap shalat dengan anggukan kepala atau kedipan mata. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan:
فإن كان لا يستطيع الإيماء برأسه في الركوع والسجود أشار في السجود بعينه، فيغمض قليلاً للركوع، ويغمض تغميضاً للسجود
“Jika orang yang sakit tidak sanggup berisyarat dengan kepala untuk rukuk dan sujud maka ia berisyarat dengan matanya. Ia mengedipkan matanya sedikit ketika rukuk dan mengedipkan lebih banyak ketika sujud.” (Majmu Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, 15/229)
Intinya, orang sakit selama ia masih sadar dan masih berakal, ia tetap wajib shalat sesuai dengan kemampuannya. Hendaknya kerabatnya mengingatkan dan mengajarkan caranya jika ia tidak tahu.
Wallahu a’lam.






Leave a comment