Allah ta’ala berfirman:

قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّا

“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” (QS. Maryam: 30).

Pada bagian ayat:

قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah“”.

Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalam adalah hamba Allah, bukan anak Allah, bukan Tuhan, dan tidak berhak disembah sama sekali. Namun beliau adalah utusan Allah yang diutus kepada Bani Israil.

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa ucapan di atas diucapkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam ketika masih bayi.

Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir-nya menjelaskan:

أول شيء تكلم به أن نزه جناب ربه تعالى وبرأ الله عن الولد ، وأثبت لنفسه العبودية لربه

“Ini adalah perkataan yang pertama kali diucapkan oleh Nabi Isa (sejak lahir), yang isinya adalah mensucikan Rabb-nya ta’ala dan mengingkari bahwa Allah memiliki anak. Dan menetapkan dirinya sendiri sebagai seorang hamba bagi Rabb-nya”.

Al Baghawi rahimahullah dalam Tafsir-nya menjelaskan:

وقال وهب : أتاها زكريا عند مناظرتها اليهود ، فقال لعيسى : انطق بحجتك إن كنت أمرت بها ، فقال عند ذلك عيسى عليه السلام وهو ابن أربعين يوما وقال مقاتل : بل هو يوم ولد : إني عبد الله ، أقر على نفسه بالعبودية لله عز وجل أول ما تكلم لئلا يتخذ إلها

“Wahb mengatakan: Nabi Zakariya datang kepada Nabi Isa ketika beliau (Zakariya) sedang berdebat dengan orang Yahudi. Nabi Zakariya berkata kepada Nabi Isa: Wahai Isa, sampaikan hujjah-mu jika benar engkau telah memerintahkan orang menyembahmu! Maka Nabi Isa ‘alaihissalam pun mengucapkan ucapan tersebut (“Sesungguhnya aku ini hamba Allah .. dst”) ketika usianya 40 hari. Muqatil mengatakan: bahkan yang benar, Nabi Isa mengucapkan itu ketika baru dilahirkan: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah “. Dan menetapkan dirinya sendiri sebagai seorang hamba bagi Allah azza wa jalla” ketika pertama kali ia bisa bicara, agar manusia tidak menjadikannya sebagai sesembahan”.

Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir-nya:

فقيل : كان عيسى – عليه السلام – يرضع فلما سمع كلامهم ترك الرضاعة وأقبل عليهم بوجهه ، واتكأ على يساره ، وأشار إليهم بسبابته اليمنى ، و قال إني عبد الله فكان أول ما نطق به الاعتراف بعبوديته لله تعالى وربوبيته ، ردا على من غلا من بعده في شأنه

“Sebagian ulama mengatakan: ketika itu Nabi Isa ‘alaihissalam sedang menyusu. Ketika mendengar perkataan Bani Israil, beliau pun menghentikan penyusuannya dan menghadapkan wajahnya kepada orang-orang, dengan bersandar pada sisi kirinya, dan jari telunjuk kanannya menunjuk ke langit. Kemudian beliau berkata: “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah”. Maka ucapan pertama yang beliau ucapkan sejak lahir ke bumi adalah pengakuan sebagai seorang hamba Allah ta’ala dan pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb. Untuk membantah orang-orang yang ghuluw (berlebihan) kepada beliau di masa yang akan datang”.

Penjelasan para ulama ini sesuai dengan makna ayat sebelumnya:

فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا۟ كَيْفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِى ٱلْمَهْدِ صَبِيًّا

“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (QS. Maryam: 29).

Pada bagian ayat:

ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ

Dia memberiku Al Kitab

Para ulama berbeda pendapat kitab apa yang dimaksud? Apakah kitab Injil ataukah kitab Taurat? Karena ucapan ini diucapkan oleh beliau ketika masih bayi sehingga ketika itu beliau belum diturunkan kitab Injil.

Al Baghawi rahimahullah dalam Tafsir-nya mengatakan:

قيل : معناه سيؤتيني الكتاب ويجعلني نبيا . وقيل : هذا إخبار عما كتب له في اللوح المحفوظ ، كما قيل للنبي صلى الله عليه وسلم : متى كنت نبيا؟ قال : ” كنت نبيا وآدم بين الروح والجسد ” . وقال الأكثرون أوتي الإنجيل وهو صغير طفل ، وكان يعقل عقل الرجال . وعن الحسن : أنه قال : ألهم التوراة وهو في بطن أمه .

“Sebagian ulama mengatakan: maknanya adalah: Allah nanti akan memberikan saya kitab dan menjadi saya Nabi. Sebagian ulama mengatakan: ucapan ini sekedar kabar tentang apa yang Allah tuliskan (takdirkan) bagi beliau di Lauhul Mahfuzh. Sebagaimana pernah ditanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: Sejak kapan engkau menjadi Nabi? Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: Aku menjadi Nabi sebagaimana Adam, antara ruh dan jasad. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam diturunkan kitab Injil ketika masih kecil, namun ketika itu beliau sudah memiliki akal seperti orang dewasa. Dan ada pendapat dari Al Hasan Al Bashri, beliau berkata: Nabi Isa ‘alahissalam diberikan ilham oleh Allah untuk mengetahui isi Taurat ketika di dalam perut ibunya”.

Dari penjelasan di atas, mayoritas para ulama mengatakan bahwa kitab tersebut adalah kitab Injil.

Adapun ayat:

وَجَعَلَنِى نَبِيًّا

dan Dia menjadikan aku seorang nabi

Dijelaskan dengan indah oleh As Sa’di rahimahullah dalam Tafsir-nya:

فأخبرهم بأنه عبد الله، وأن الله علمه الكتاب، وجعله من جملة أنبيائه، فهذا من كماله لنفسه

“Nabi Isa ‘alaihissalam mengabarkan Bani Israil bahwa beliau adalah hamba Allah, dan bahwa Allah mengajarkannya Al Kitab, dan menjadikan beliau salah satu dari sekian banyak para Nabi-Nya, sehingga ini menjadi kesempurnaan bagi diri beliau”.


Allah ta’ala berfirman:

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

“Dan Dia menjadikan aku seorang yang berkah di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup” (QS. Maryam: 31).

Bagian ayat:

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ

“Dan Dia menjadikan aku seorang yang berkah di mana saja aku berada”.

Dijelaskan oleh Al Baghawi rahimahullah dalam Tafsir-nya:

أي : نفاعا حيث ما توجهت . وقال مجاهد : معلما للخير . وقال عطاء : أدعو إلى الله وإلى توحيده وعبادته . وقيل : مباركا على من تبعني

“Maksudnya: aku menjadi orang yang banyak memberikan manfaat kemanapun aku pergi. Mujahid mengatakan: maksudnya Allah jadikan aku sebagai pengajar kebaikan. Atha’ mengatakan: maksudnya aku berdakwah kepada Allah dan mengajak untuk mentauhidkan Allah dan beribadah kepada Allah semata. Sebagian ulama mengatakan: maksudnya aku menjadi orang yang berkah di tengah orang yang mengikutiku”.

Ath Thabari rahimahullah dalam Tafsir-nya menyebutkan riwayat dari Wahb bin al-Ward (seorang ulama tabi’in), dari gurunya, bahwa:

وقد أجمع الفقهاء على قول الله : (وجعلني مباركا أين ما كنت ) ، وقيل : ما بركته ؟ قال : الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ، أينما كان

“Para fuqaha sepakat tentang perkataan Nabi Isa “Dan Dia menjadikan aku seorang yang berkah di mana saja aku berada” ketika ditanya: apa keberkahan beliau? Para fuqaha mengatakan maksudnya beliau melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dimana pun beliau berada”.

Bagian ayat:

وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

“dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”.

Ini adalah perintah Allah kepada Nabi Isa ‘alahissalam untuk beribadah selama beliau masih hidup. Ini juga menegaskan bahwa beliau adalah hamba Allah, bukan anak Tuhan dan bukan Tuhan. Karena yang beribadah adalah hamba, Tuhan tidak beribadah.

Ayat ini juga bantahan bagi orang-orang sufi yang meyakini bahwa jika manusia sampai pada level tertentu maka ia tidak lagi terkena beban syariat dan tidak wajib lagi shalat, zakat dan puasa. Ini keyakinan yang bid’ah dan batil. Bahkan Nabi Isa ‘alahissalam saja diperintahkan untuk beribadah sampai mati. Demikian juga Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, Allah ta’ala katakan kepada beliau :

واعبد ربك حتى يأتيك اليقين

“Beribadahlah kepada Rabb-mu sampai datang kepadamu al-yaqin (kematian)” (QS. Al Hijr: 99).

Adapun tata cara shalat, puasa dan zakat yang berlaku di zaman Nabi Isa ‘alaihissalam tentu berbeda dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:

واختلفوا في القبلة فاستقبلت النصارى المشرق واليهود بيت المقدس فهدى الله أمة محمد للقبلة، واختلفوا في الصلاة، فمنهم من يركع ولا يسجد، ومنهم من يسجد ولا يركع، ومنهم من يصلي وهو يتكلم، ومنهم من يصلي وهو يمشي، فهدى الله أمة محمد للحق من ذلك

“Mereka berbeda dalam masalah kiblat. Kaum Nasrani menghadap ke timur, kaum Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, namun Allah berikan hidayah kepada umat Muhammad untuk menghadap kiblat. Mereka berbeda dalam masalah shalat, sebagian mereka (para Nabi terdahulu) ada yang shalatnya terdapat rukuk tapi tidak terdapat sujud, ada yang terdapat sujud tapi tidak terdapat rukuk, ada yang shalatnya boleh sambil berbicara, ada yang shalatnya boleh sambil berjalan. Namun Allah ta’ala berikan hidayah kepada umat Muhammad kepada kebenaran dalam masalah ini” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/135).

Wallahu a’lam. Semoga Allah memberi taufik.

Umroh Keluarga Bahagia Di Awal Ramadhan Bersama Ustadz Yulian Purnama

Program “Umroh Keluarga Bahagia” adalah program umroh yang dirancang untuk jamaah yang berumrah bersama keluarga beserta anak-anaknya. Kami siapkan acara-acara menarik selama perjalanan di tanah suci.Hotel sangat dekat dengan Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi, free kereta cepat Madinah-Makkah, bersama Batik Travel di bulan Februari 2026. Dibimbing oleh Ustadz Yulian Purnama –hafizhahullah

Paket 9 Hari, berangkat: 16 Februari 2026

📲 Tanya-tanya dulu juga boleh! 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Fawaid Kangaswad adalah platform dakwah sunnah melalui website fawaidkangaswad.id dan beberapa kanal di media sosial seperti whatsapp, telegram, instagram dan twitter.

Fawaid Kangaswad juga mengelola Ma’had Fawaid Kangaswad, yaitu program belajar Islam berbasis kitab kuning karya para ulama Ahlussunnah, melalui media grup Whatsapp.

Fawaid Kangaswad juga menyebarkan buku-buku serta e-book bermanfaat secara gratis.

Dukung operasional kami melalui:

https://trakteer.id/kangaswad
(transfer bank, QRIS, OVO, Gopay, ShopeePay, Dana, LinkAja, dll)

Atau melalui:

Bank Mandiri 1370023156371 a/n Yulian Purnama

Semoga menjadi pahala jariyah.

Trending