Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قارِبُوا وسَدِّدُوا، واعْلَمُوا أنَّه لَنْ يَنْجُوَ أحَدٌ مِنكُم بعَمَلِهِ قالوا: يا رَسولَ اللهِ، ولا أنْتَ؟ قالَ: ولا أنا، إلَّا أنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ برَحْمَةٍ منه وفَضْلٍ

Dekatilah lurus atau berlaku luruslah! Dan ketahuilah bahwa salah seorang di antara kalian tidak akan selamat karena amalannya”. Para sahabat bertanya: “Demikian juga engkau wahai Rasulullah?”. Nabi bersabda: “Demikian juga aku. Namun Allah telah memenuhi aku dengan rahmat dari-Nya dan karunia-Nya” (HR. Muslim no.2816).

Al-muqārabah” artinya pertengahan, tidak berlebihan dan tidak juga kurang. Dan “as-sadād” artinya bersikap lurus dan teguh di atas kebenaran. “Yataghammadunī” berarti menutupi dan memenuhi. Para ulama mengatakan bahwa makna istikamah adalah berpegang teguh pada ketaatan kepada Allah Ta’ala. Mereka mengatakan bahwa istikamah adalah bagian dari jawami’ al-kalim (kalimat yang singkat namun padat makna). Para ulama juga mengatakan bahwa istikamah itu maknanya adalah teraturnya segala urusan. Hanya dengan pertolongan Allah-lah semua ini dapat tercapai.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

Hadis ini menunjukkan bahwa istikamah dilakukan sesuai dengan kemampuan. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

قارِبُوا وسَدِّدُوا

“Dekatilah lurus atau berlaku luruslah!”.

Artinya, usahakanlah agar perbuatanmu mendekati kebenaran semaksimal mungkin. Hal ini karena, seberapa pun seseorang mencapai ketakwaan, pasti dia akan berbuat kesalahan. Sebagaimana dalam hadis Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam disebutkan:

كلُّ بني آدمَ خطَّاءٌ وخيرُ الخطَّائين التوابونَ

“Setiap anak Adam banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan adalah mereka yang bertobat” (HR. At Tirmidzi no. 2499, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

لوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ، فَيَغْفِرُ لهمْ

“Seandainya kalian tidak berdosa, Allah akan menggantikan kalian dengan kaum yang berdosa, kemudian mereka memohon ampun kepada Allah, lalu Allah mengampuni mereka” (HR. Muslim no.2749).

Maka, manusia diperintahkan untuk mendekatkan diri pada kebenaran dan berlaku lurus semaksimal kemampuannya.

Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

واعلموا أنه لا ينجوا أحد منكم بعمله

“Dan ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun di antara kalian yang selamat (dari siksa) dengan amalnya.”

Artinya, tidak ada yang akan selamat dari api neraka hanya semata dengan amalnya. Hal ini karena amal perbuatan kita masih kurang dan tidak akan mencapai kadar yang seharusnya untuk mensyukuri nikmat Allah azza wajalla dan tidak cukup untuk memenuhi hak-hak Allah atas para hamba-Nya. Namun, Allah meliputi para hamba-Nya dengan rahmat-Nya sehingga Allah mengampuni mereka atas kekurangan tersebut.

Ketika beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لن ينجوا أحد منكم بعمله» قالوا له: ولا أنت؟! قال: «ولا أنا» حتى النبي عليه الصلاة والسلام لن ينجو بعمله «إلا أن يتغمدني الله برحمةٍ منه»

“Tidak ada seorang pun di antara kalian yang selamat dengan amalnya,” mereka bertanya kepadanya: “Termasuk engkau juga?” Beliau menjawab: “Termasuk aku juga,” bahkan Nabi ﷺ pun tidak akan selamat dengan amalnya, “kecuali jika Allah meliputiku dengan rahmat dari-Nya.”

Hal ini menunjukkan bahwa manusia, seberapa pun tingginya derajat dan kedudukannya, tidak akan selamat dengan amalnya. Bahkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun, jika bukan karena Allah yang telah memberinya anugerah dengan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, maka amalnya tidak akan menyelamatkannya.

Jika ada yang berkata: “Ada nash dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menunjukkan bahwa amal shalih dapat menyelamatkan dari neraka dan memasukkan ke dalam surga, seperti firman Allah Ta’ala:

﴿ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl: 97), maka bagaimana cara mengkompromikan ayat ini dengan hadits sebelumnya?”.

Jawabannya adalah: bahwa keduanya bisa dikompromikan dengan mengatakan bahwa yang dinafikan dalam hadits adalah masuknya seseorang ke surga semata-mata sebagai balasan dari amalnya, sedangkan yang ditetapkan oleh ayat adalah bahwa amal hanya sebagai sebab, bukan sebagai harga yang impas (untuk masuk surga). Tidak diragukan bahwa amal adalah sebab seseorang masuk surga dan selamat dari neraka, tetapi amal bukanlah harga yang impas, dan bukan semata-mata amal yang membuat seseorang masuk surga. Namun, keutamaan dan rahmat Allah-lah yang menjadi sebab seseorang masuk surga dan yang menyelamatkannya dari neraka.

Di dalam hadits ini juga terdapat beberapa faedah: di antaranya, bahwa seseorang tidak boleh berbangga dengan amalnya. Sebanyak apa pun amal shalih yang kamu kerjakan, jangan berbangga diri dengan amalmu, karena amalmu sangat sedikit dibandingkan dengan hak Allah atasmu. Di dalamnya juga terdapat faedah bahwa seseorang seharusnya banyak mengingat Allah selalu dengan berdoa:

اللهم تغمَّدني برحمةٍ منك وفضلٍ

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keutamaan-Mu kepadaku”.

Karena amalmu tidak akan membawamu kepada keridhaan Allah, kecuali dengan rahmat Allah azza wajalla.

Di dalam hadits ini juga terdapat bukti tentang semangat para sahabat radhiallahu’anhu terhadap ilmu. Oleh karena itu, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ada seorang pun di antara kalian yang selamat dengan amalnya,” mereka pun bertanya lebih lanjut, apakah kaidah ini berlaku untuk beliau atau tidak? Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan kepada mereka bahwa kaidah tersebut juga berlaku untuk beliau. Barang siapa yang merenungkan keadaan para sahabat radhiallahu’anhum bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam akan mendapati bahwa mereka adalah orang-orang yang paling bersemangat dalam menuntut ilmu. Mereka tidak akan melewatkan sesuatu yang mereka butuhkan dalam urusan agama maupun dunia mereka kecuali mereka akan segera bertanya tentang hal tersebut. Dan Allah-lah yang memberikan taufik.

Sumber:

Syarh Riyadhus Shalihin Syaikh Ibnu Al Utsaimin (1/573 – 575).

Diterjemahkan dari https://ar.islamway.net/article/93762

Umroh Keluarga Bahagia Di Awal Ramadhan Bersama Ustadz Yulian Purnama

Program “Umroh Keluarga Bahagia” adalah program umroh yang dirancang untuk jamaah yang berumrah bersama keluarga beserta anak-anaknya. Kami siapkan acara-acara menarik selama perjalanan di tanah suci.Hotel sangat dekat dengan Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi, free kereta cepat Madinah-Makkah, bersama Batik Travel di bulan Februari 2026. Dibimbing oleh Ustadz Yulian Purnama –hafizhahullah

Paket 9 Hari, berangkat: 16 Februari 2026

📲 Tanya-tanya dulu juga boleh! 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Fawaid Kangaswad adalah platform dakwah sunnah melalui website fawaidkangaswad.id dan beberapa kanal di media sosial seperti whatsapp, telegram, instagram dan twitter.

Fawaid Kangaswad juga mengelola Ma’had Fawaid Kangaswad, yaitu program belajar Islam berbasis kitab kuning karya para ulama Ahlussunnah, melalui media grup Whatsapp.

Fawaid Kangaswad juga menyebarkan buku-buku serta e-book bermanfaat secara gratis.

Dukung operasional kami melalui:

https://trakteer.id/kangaswad
(transfer bank, QRIS, OVO, Gopay, ShopeePay, Dana, LinkAja, dll)

Atau melalui:

Bank Mandiri 1370023156371 a/n Yulian Purnama

Semoga menjadi pahala jariyah.

Trending