Pertanyaan:
Sumpah yang diucapkan seseorang jika isinya berupa maksiat, kemudian ia bertaubat dan tidak jadi melaksanakan sumpah tersebut, apakah harus membayar kafarah?
Jawab:
Alhamdulillahi rabbil‘alamin, ash-salaatu wassalaamu‘ala Nabiyyina Muhammadin wa‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, amma ba’du.
Pertama, orang yang bersumpah dengan sungguh-sungguh kemudian membatalkan sumpahnya, maka ia wajib membayar kafarah. Allah ta’ala berfirman:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ ٱللَّهُ بِٱللَّغْوِ فِىٓ أَيْمَٰنِكُمْ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ ٱلْأَيْمَٰنَ ۖ فَكَفَّٰرَتُهُۥٓ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَٰكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٍ ۚ ذَٰلِكَ كَفَّٰرَةُ أَيْمَٰنِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar)” (QS. Al Maidah: 89).
Kedua, orang yang bersumpah untuk melakukan suatu maksiat wajib membatalkan sumpahnya. Dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ حلَفَ على معصيةِ فلا يَمينَ لهُ، ومَنْ حلَفَ على قطيعةِ رَحِمٍ فلَا يمينَ لهُ
“Siapa yang bersumpah untuk melakukan maksiat, maka tidak ada sumpah baginya. Siapa yang bersumpah untuk memutus silaturahmi, maka tidak ada sumpah baginya” (HR. Abu Daud, no. 2190, dihasankan oleh Al Albani).
Ketiga, orang yang bersumpah untuk melakukan suatu maksiat, kemudian ia menyadari kesalahannya tersebut, maka ia wajib batalkan sumpahnya dan wajib membayar kafarah. Dalilnya hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَى غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا، فَلْيَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ، وَلْيُكَفِّرْ عَنْ يَمِينِهِ
“Siapa yang bersumpah dengan suatu sumpah, kemudian ia memandang ada perkara yang lebih baik dari sumpahnya tersebut, maka hendaknya ia kerjakan yang lebih baik tersebut dan ia bayar kafarah atas sumpahnya” (HR. Al Bukhari, no.6248, Muslim no.1650).
Az Zaila’i rahimahullah mengatakan:
ومن حلف على معصية ينبغي أن يحنث ويكفر أي يجب أن يحنث
“Siapa yang bersumpah untuk melakukan maksiat, hendaknya ia bataltkan sumpahnya dan membayar kafarah. Artinya, wajib bagi dia untuk membatalkan sumpahnya” (Tabyinul Haqaiq, 3/114).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah juga menjelaskan:
إذا كانت اليمين على فعل معصية، أو ترك واجب، يلزمه التحلل منها، يكفر عن يمينه، ويعمل الواجب، ويدع المعصية
“Jika sumpah yang diucapkan berisi perbuatan maksiat, atau meninggalkan kewajiban, maka wajib membatalkan sumpah tersebut dan membayar kafarahnya. Wajib melakukan yang wajib dan meninggalkan maksiat” (Fatawa Nurun‘alad Darbi, 729/06).
Wallahu a’lam.
Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wasallam.






Leave a comment