Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan Rabb-mu tidak pernah menzalimi seorangpun” (QS. al-Kahfi: 49).
Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah mengatakan:
أجمعوا على أنَّه عادِلٌ في جميعِ أفعالِه وأحكامِه، ساءنا ذلك أم سرَّنا، نفَعَنا أو ضَرَّنا
“Ahlussunnah telah bersepakat bahwa Allah itu Mahaadil dalam seluruh perbuatan dan hukum-hukum-Nya, baik hal itu menyenangkan kita ataupun membuat kita tidak suka, baik bermanfaat bagi kita ataupun membahayakan kita” (Risalah ila Ahlits Tsughur, hal. 130).
Imam Abu Ja’far ath-Thahawi rahimahullah mengatakan:
كُلُّ شيءٍ يجري بمشيئةِ اللهِ تعالى وعِلْمِه وقَضائِه وقَدَرِه، غَلَبَت مشيئتُه المشيئاتِ كُلَّها، وغَلَب قضاؤُه الحِيَلَ كُلَّها، يفعَلُ ما يشاء وهو غيرُ ظالمٍ أبدًا، تقَدَّس عن كُلِّ سُوءٍ وحَينٍ، وتنَزَّه عن كُلِّ عَيبٍ وشَينٍ لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ [الأنبياء: 23]
“Segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah Ta’ala, ilmu-Nya, ketetapannya-Nya, dan takdir-Nya. Kehendak Allah mengalahkan seluruh kehendak selain-Nya, dan keputusan-Nya mengalahkan segala tipu daya. Dia melakukan apa yang Dia kehendaki, dan Dia sama sekali tidak berbuat zalim. Mahasuci Allah dari segala keburukan dan kekurangan, dan Ia tersucikan dari setiap aib dan cela. “Allah tidak ditanya tentang apa yang Ia perbuat, akan tetapi manusialah yang akan ditanya” (QS. Al-Anbiyā’: 23)”
(Matan Aqidah Thahawiyah).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
يؤمِنُ أهلُ السُّنَّة والجماعةِ بأنَّ مشيئةَ اللهِ تعالى تابعة لحِكمَتِه، وأنَّه سُبحانَه وتعالى ليس مشيئتُه مُطلَقةً مُجرَّدةً، ولكِنَّها مشيئةٌ تابعةٌ لحِكمَتِه؛ لأنَّ من أسماءِ اللهِ تعالى الحكيمَ، والحكيمُ هو الحاكِمُ المُحكِمُ الذي يحكُمُ الأشياءَ كونًا وشَرْعًا، ويحكُمُها عملًا وصنعًا. واللهُ تعالى بحِكْمَتِه يُقَدِّرُ الهدايةَ لِمن أرادها لمن يَعلَمُ سُبحانَه وتعالى أنَّه يريدُ الحَقَّ وأنَّ قَلْبَه على الاستقامةِ، ويُقَدِّرُ الضَّلالةَ لِمن لم يكُنْ كذلك؛ لِمن إذا عُرِض عليه الإسلامُ يضيقُ صَدرُه كأنما يصَّعَّدُ في السَّماءِ؛ فإنَّ حِكْمةَ اللهِ تبارك وتعالى تأبى أن يكونَ هذا من المهتدين إلَّا أن يجدِّدَ اللهُ له عزمًا، ويَقلِبَ إرادتَه إلى إرادةٍ أخرى، واللهُ تعالى على كُلِّ شَيءٍ قديرٌ، ولكِنْ حِكْمةُ اللهِ تأبى إلَّا أن تكونَ الأسبابُ مربوطةً بها مُسَبَّباتُها
“Ahlussunnah wal Jamaah meyakini bahwa kehendak Allah Ta‘ala sesuai dengan hikmah-Nya (kebijaksaan-Nya). Dan bahwa kehendak-Nya bukanlah kehendak yang mutlak tanpa pertimbangan, tetapi ia adalah kehendak yang terkait dengan hikmah-Nya. Sebab di antara nama-nama Allah Ta’ala adalah Al-Hakim, dan Al-Hakim adalah Dzat yang menetapkan hukum dengan sempurna, yang mengatur segala sesuatu secara kauniyah dan syar‘iyah, serta menetapkannya dalam perbuatan dan penciptaan.
Dengan hikmah-Nya, Allah menakdirkan hidayah bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya, bagi orang yang Dia ketahui menginginkan kebenaran dan hatinya berada dalam keistiqamahan. Dan Dia menakdirkan kesesatan bagi siapa yang tidak demikian; yaitu bagi orang yang apabila Islam ditawarkan kepadanya, dadanya menjadi sesak seakan-akan ia naik ke langit. Maka dengan hikmah-Nya, Allah Tabaraka wa Ta’ala tidak menjadikan orang seperti ini termasuk golongan yang mendapat hidayah, kecuali bila Allah memperbaharui tekad dari orang tersebut dan membalik hatinya menuju kepada yang lain. Dan Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Akan tetapi hikmah Allah menghendaki bahwa semua sebab harus terkait dengan akibat-akibatnya” (Risalah fil Qadha wal Qadar, hal. 20).
Fawaid Kangaswad | Support Ma’had Online : trakteer.com/kangaswad/gift






Leave a comment