Islam agama yang sempurna, tidak membutuhkan penambahan maupun pengurangan. Orang yang menambah ajaran baru, ritual baru, keyakinan baru dalam Islam, ia terjerumus ke dalam hal yang dinamakan bid’ah. Dan bid’ah ini tercela dan dilarang dalam Islam.Sampai-sampai pelaku bid’ah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan syafaat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam di akhirat kelak. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

Sayangnya kebanyakan orang seringkali enggan atau benci membahas bid’ah, tidak jarang pula yang marah. Ini seringkali dikarenakan oleh beberapa penyebab berikut:

  • Tidak paham dengan benar tentang pengertian bid’ah. Silakan baca di sini.
  • Sudah terbiasa melakukan kebid’ahan sehingga tidak terima dikatakan yang dilakukan selama ini adalah salah
  • Tidak dapat membedakan mana yang bid’ah dan tidak bid’ah. Silakan baca di sini.
  • Menyangka bahwa ada bid’ah yang dibolehkan yaitu bid’ah hasanah. Silakan baca di sini.
  • Menyangka bahwa jika dikatakan amalannya bid’ah berarti divonis sesat dan masuk neraka, padahal tidak demikian.
  • Menyangka bahwa jika dikatakan amalannya bid’ah berarti divonis ahlul bid’ah, padahal tidak mutlak demikian.
  • Menyangka bahwa jika dikatakan amalannya bid’ah berarti divonis kafir, sangkaan ini sangat mengada-ada.
  • Menyangka bahwa jika ada orang yang menasehatinya dari amalan bid’ah, berarti orang itu sedang memusuhinya, padahal tidak demikian.
  • Menyangka bahwa jika ada orang yang menasehatinya dari amalan bid’ah, berarti orang itu sedang mencoba merusak ajaran mahdzab.
  • Dan sebab yang lain.

Ketika memikirkan sebab-sebab ini saya menemukan beberapa keanehan para pelaku bid’ah. Dari beberapa keanehan ini dapat disimpulkan bahwa secara nalar pun, bid’ah itu tidak dibenarkan dalam Islam, dan tidak ada alasan yang dapat membenarkannya. Diantaranya keanehan itu adalah:

  1. Sebagian orang mengadakan ritual Maulid Nabi, ritual Isra Mi’raj, ritual Nisfu Sya’ban, atau semacamnya, mereka mengatakan: “Ini bukan bid’ah karena bukan ibadah, melainkan hanya sarana dakwah”. Alasan ini aneh. Alasan ‘sarana dakwah’ mungkin masih masuk akal bagi orang yang menjadi pembicara atau panitia acara dari ritual-ritual tersebut, namun bagaimana dengan peserta dari ritual-ritual tersebut? Apakah niatan bapak-bapak, ibu-ibu, mbah-mbah yang datang ke acara Muludan (Maulid Nabi) itu untuk berdakwah? Atau untuk beribadah? Padahal peserta tentu lebih banyak jumlahnya dari panitia.
  2. Sebagian pelaku bid’ah mengatakan bahwa bid’ah itu hanya dalam kegiatan ibadah mahdhah (murni ibadah) seperti shalat, puasa, haji, dll. Sedangkan dalam ibadah ghayru mahdhoh (tidak murni ibadah) maka tidak ada bid’ah. Demikian alasan mereka. Namun anehnya, orang-orang yang beralasan demikian ternyata mereka juga berbuat bid’ah dalam ibadah mahdhah juga. Mereka melakukan shalat Raghaib, puasa Rajab, puasa mutih, dzikir berjama’ah, melafalkan niat, dll yang merupakan ibadah mahdhah.
  3. Sebagian pelaku bid’ah mengatakan bahwa bid’ah itu ada bid’ah dhalalah (sesat) dan ada yang hasanah (baik). Dan menurut mereka bid’ah hasanah itu boleh. Namun anehnya, dengan pembagian tersebut, mereka tidak bisa menyebutkan contoh bid’ah dhalalah, karena ternyata semua bid’ah mereka golongkan ke dalam bid’ah hasanah. Maulid Nabi itu hasanah, Isra Mi’raj itu hasanah, Yasinan itu hasanah, Tahlilan itu hasanah, Shalawatan itu hasanah, dzikir berjamaah itu hasanah, dan seterusnya. Lalu bid’ah dhalalah yang dilarang Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menurut mereka seperti apa?
  4. Para pelaku bid’ah di tanah air kita banyak yang mengaku bermahzab Syafi’i. Namun anehnya, ternyata Imam Asy Syafi’i tidak pernah mengajarkan amalan-amalan bid’ah yang mereka lakukan.
  5. Di masjid dekat saya tinggal, cukup ramai yang datang shalat berjama’ah maghrib dan Isya. Namun anehnya, ketika ada acara Tahlilan masjid mendadak sepi. Ternyata mereka tidak datang ke masjid karena sedang bersiap diri untuk acara Tahlilan nanti.Pesertanya pun lebih mem-bludak daripada peserta shalat berjamaah di masjid.
  6. Sebagian pelaku bid’ah mengaku bahwa mereka mengadakan ritual Maulid Nabi dan Isra Mi’raj karena kecintaan mereka yang besar kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Namun anehnya, ketika disebut nama beliau mereka pelit sekali dalam bershalawat dan hanya menuliskan “SAW”. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

    Orang pelit itu adalah orang yang ketika mendengar namaku ia enggan bershalawat” (HR. At Tirmidzi no.3546, ia berkata: “Hasan Shahih Gharib”)
    Dan singkatan shalawat, bukanlah shalawat.

  7. Sebagian pelaku bid’ah mengaku sangat mencintai Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sampai membuat-buat banyak pujian yang berlebihan kepada beliau. Namun anehnya, tatkala ia dinasehati dengan perkataan : “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak mengajarkan hal ini” atau “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang hal ini”, ia malah berdalih “Tapi ustadz saya melakukannya”. Lha, ternyata ia lebih cinta ustadz-nya.
  8. Sebagian orang yang membela bolehnya merayakan Maulid Nabi sangat keterlaluan dalam pembelaannya hingga mereka berkata: “Tak mengapa saya menjadi ahli neraka asal bisa membasahi mulut saya dengan shalawat dan mengagungkan Maulid Nabi”. Aneh sekali. Padahal Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam saja tidak ingin masuk neraka, dan senantiasa berharap ummatnya terhindar dari neraka. Dalam setiap shalatnya, di akhir tasyahud beliau Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa:

    اللهم ! إني أعوذ بك من عذاب جهنم . ومن عذاب القبر . ومن فتنة المحيا والممات . ومن شر فتنة المسيح الدجال

    Ya Allah, aku berlindung darimu dari azab neraka Jahannam, serta dari azab kubur, serta dari bencana yang disebabkan makhlukmu yang masih hidup dan yang sudah mati”, serta dari bencana yang disebabkan oleh Dajjal” (HR. Muslim, no.588)

  9. Tahukah anda, bahwa buku tahlilan atau yasinan yang banyak tersebar di masyarakat itu, biasanya dicetak dengan cover berwarna hijau, yang berisi surat yasin, kumpulan shalawat, dan dzikir-dzikir yang tersusun sedemikian rupa berserta aturan jumlah bacaan dzikirnya, ternyata para Kyai, ustadz, dan orang-orang yang mengamalkan isi buku tersebut tidak ada yang tahu siapa yang menyusunnya. Aneh sekali bukan?

Oleh karena itu marilah kita cukupkan diri dengan apa yang sudah diajarkan oleh Nabi kita tercinta Shallallahu’alaihi Wasallam, karena apa yang beliau ajarkan saja sudah sangat banyak dan menyibukkan jika kita amalkan semua. Jadi, untuk apa membuat yang baru lagi?

Umroh Keluarga Bahagia Di Awal Ramadhan Bersama Ustadz Yulian Purnama

Program “Umroh Keluarga Bahagia” adalah program umroh yang dirancang untuk jamaah yang berumrah bersama keluarga beserta anak-anaknya. Kami siapkan acara-acara menarik selama perjalanan di tanah suci.Hotel sangat dekat dengan Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi, free kereta cepat Madinah-Makkah, bersama Batik Travel di bulan Februari 2026. Dibimbing oleh Ustadz Yulian Purnama –hafizhahullah

Paket 9 Hari, berangkat: 16 Februari 2026

📲 Tanya-tanya dulu juga boleh! 

40 responses to “Keanehan-Keanehan Pelaku Bid’ah”

  1. Assalamu’alaikum Wr, Wb.

    Saya masih kurang paham mengenai bid’ad ada yang baik… padahal semua bid’ah adalah sesat ….”Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ’sesungguhnya sejelek-jeleknya perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama, pen)’, ’setiap bid’ah adalah sesat’, dan ’setiap kesesatan adalah di neraka’ serta peringatan beliau terhadap perkara yang diada-adakan dalam agama, semua ini adalah dalil tegas dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ”

    Khususnya mengenai Shalat taraweh,, adakah dalil yang menerangkan bahwa Rasullullah menganjurkan/ mengajak/ memerintahkan umatnya untuk shalat taraweh berjamaah di bulan ramadhan

    Mohon tanggapan konkrit mengenai shalat taraweh. Pemohon akan merasa lega apa bila ada kejelasan secara konkrit mengenai shalat taraweh ini.

    Terima kasih sebelumnya.
    Wassalamu’alaikum Wr, Wb
    Ery Syahminudin

    1. Ini salah satu hadits shalat tarawih: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada suatu malam shalat di masjid lalu para sahabat mengikuti shalat Beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Beliau shalat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti shalat), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya Beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan.” (Muttafaqun ‘alaih)

  2. siiip lah…
    hatur nuhun artikelna nya…

  3. Lalu bgmn qt menjelaskanny?
    Krn praktek spt itu sangatlah bnk..
    Saat meningglny kakek nenek, keluarga tdk mengadkan ritual 7 hari, 40 hari, dsb..
    Malahan qt d gunjingkn, keluarga modern katany, meninggalkn adat.
    Sy ingin lebih tau upaya konkretny.
    D daerah sy, sekolah2 jg melaksanakan ritual ini (Maulud Nabi, Isra Mi’raj) padahal sekolah t4 anak anak belajar.
    Kalau qt menjelaskan d anggap sok ngalim, sok ngerti agama, ketinggian ilmu,,
    Lalu bgmn carany? Karena mereka adl mayoritas,,
    trimakash ^^

    1. * Jika Memang Orang yang merayakan maulid di anggap sebagai ahli neraka… Saya adalah bagian dari Mereka..

      1. #ferdi
        Semoga kita berdua kelak bertemu di Jannah-Nya. Nabi kita tercinta saja tidak ingin masuk neraka.

      2. Jgn jadi org angkuh mas, Nabi saja berulangkali memohon kepada Allah Ta’ala agar dihindari dari siksa api neraka. Masa anda sebagai umat beliau malah mengucapkan sebaliknya???

    2. 1. Jika ada orang yang merayakan Ultah anda .. apakah anda marah..?
      2. Apakah anda membenci orang yang merayakan ultah anda..?
      3. Apakah yang merayakan Ultah anda..berarti juga menyembah Anda ?
      3. Jika Allah ridho dgn Rasul.. sehingga Allah dan Malaikat_nya bershalawat kepada beliau…Lalu apakah Allah dan Malaikatnya marah kepada orang yang merayakan Maulid Beliau , Apakah Benci dengan mereka yang mengagungkan Beliau…

      1. #ferdi
        Semoga Allah merahmati anda, dan memberikan keberkahan pada anda dan menambahkan anda semangat mempelajari agama-Nya.
        1. Ya, saya marah. Coba baca ini https://kangaswad.wordpress.com/2009/07/16/sikap-yang-islami-menghadapi-hari-ulang-tahun/
        2. Ya, benci karena dia merayakan ultah. tp masih sayang kalau dia muslim
        3. Tidak, tapi berlebihan terhadap saya
        4. Ya, karena yang Allah dan Malaikat-Nya lakukan adalah bershalawat, bukan Maulidan. Saya juga bershalawat dan mengagungkan Nabi.

        Jika berkenan, mohon jawab juga pertanyaan saya:
        1. Jadi Maulid Nabi itu memang sama dengan Ultah Nabi ya? Lalu apa bedanya dengan Natalan?
        2. Anda merayakan Maulid Nabi itu merasa mendapat pahala ndak? Kalau iya, berarti itu ibadah bukan adat. Bukankah ibadah itu harus ada dalilnya?
        3. Iya memang membuat orang lain senang itu tidak harus diminta dulu. Tapi dari mana anda tahu kalau Nabi senang jika Ultah-nya dirayakan? Padahal jika ada orang berdiri menyambut beliau saja, beliau marah. Karena beliau tidak suka pengagungan berlebihan.
        4. Sahabat Nabi yang paling terakhir wafat sekitar 100 tahun setelah Nabi wafat. 100 tahun itu lama. Padahal setiap hari jutaan ide bermunculan di otak manusia. Mengapa tidak ada 1 saja sahabat Nabi yang terpikir untuk merayakan Maulid Nabi sepeninggal beliau? Apakah mereka kurang cinta kepada Nabi?
        5. Mengapa Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, Imam Malik dan Imam Asy Syafi’i tidak merayakan Maulid Nabi ?

      2. hamba yg dho'if Avatar
        hamba yg dho’if

        @ferdi

        1. Saya tidak marah, saya tidak segalak itu, tp akan saya nasehati dia kalau apa yg dia lakukan itu salah.
        2. Saya tidak benci pd org itu tp saya hanya tidak menyukainya.
        3. Itu terlalu berlebihan. Dan saya balik tanya pada anda, Apakah yg tidak merayakan ultah anda…berarti ia membenci anda?
        3. Diriwayatkan dari Abi Rabah, dari Said bin Al Musayyib, bahwa ia melihat seseorang sholat setelah fajar lebih banyak dari 2 raka’at dan memperbanyak ruku’ dan sujud, maka Said melarang orang itu, kemudian orang itu bertanya, “wahai Abu Muhammad (Said), apakah Allah akan menyiksaku karena shalat?” Sa’id menjawab, “tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena (kamu) menyelisihi sunnah.” (Atsar riwayat Ad-Darimi 1/116, Abdurrazaq 4775, Al Baihaqi 2/466, lihat Irwaul Ghalil oleh Syaikh Albani 2/236 dengan sanad shahih).
        Semoga ferdi bisa menarik kesimpulan dari atsar yg saya bawakan ini.

  4. he…he..he..kalo ada bid’ah hasanah,berarti ada juga nanti product haram hasanah,misalnya narkoba hasanah,khamar hasanah,hinzir hasanah…dan lain2 label hasanah demi kepuasan pribadi….wa iya’udzubILLAH

    1. Sungguh … Kata-kata sprti itu keluar dari hati yang kotor… perbanyaklah zikir… husnuzhan.. dan Istiqfar…( ane Juga..Insya Allah )

      1. #Ferdi
        Mudah2an Allah menetapkan hati saya pada agama-Nya, hingga tidak kotor. Terima kasih atas sarannya.

    2. ADAKAH DI ANTARA KALIAN YANG TERMASUK MENGKAFIR,KAN IMAM SYAFI,I..KARENA IMAM SYAFI,I TELAH MEMBAGI BID,AH MENJADI 2 BIUD,AH HASANAH.DAN BID,AH DOLALLAH..?

      1. Imam Syafi’i membagi bid’ah jadi hasanah dan sayyiah, tapi prakteknya sama tidak dengan anda? Kata Imam Syafi’i, ma’tam (acara makan-makan kematian) alias tahlilan adalah bid’ah dholalah. Imam Syafi’i menganggap ibadah sambil memukul rebana dan goyang kepala sebagai bid’ah dholalah.

  5. #Salim : he…he..he..kalo ada bid’ah hasanah,berarti ada juga nanti product haram hasanah,misalnya narkoba hasanah,khamar hasanah,hinzir hasanah…dan lain2 label hasanah demi kepuasan pribadi….wa iya’udzubILLAH ///

    anda ini sebenarnya ngerti nggak sih bid’ah, haram, halal, haram, makruh, mubah itu apa???? kalo belum ngerti perbedaannya silahkan belajar dulu baru memberi comment..

    1. Mungkin maksud Mas Salim, bid’ah itu haram. Jika ada bid’ah hasanah, maka juga ada hal-hal haram lain yang hasanah.

      1. Apakah ada tau defenisi Bid’ah ? Jika anda samakan Bid’ah+ Haram maka Facebook juga haram, motor juga haram… Mohon Penjelasan…ttg koment anda ..?

      2. Kami mohon dengan tulus agar anda membaca artikel di atas sekali lagi dengan cermat. Sehingga anda tidak menuduh saya mengkafirkan atau memvonis neraka orang yang memperingati Maulid. Juga agar anda paham apa arti bid’ah.
        Sekali lagi tolong dibaca sebelum berkomentar.

  6. @ kang aswad//
    Sebelum saya jawab pertanyaan antum .. tolong jawab dulu pertanyaan saya
    1. sebutkan dalil yang mengharamkan mauld, tahlilan .?

    1. 1. Tidak ada, tapi tetap haram
      Suatu ritual ibadah aslinya itu tidak ada. Suatu ritual ibadah jadi ada karena ada dalil yang memerintahkan untuk diadakan.
      Adakah dalil yang mengharamkan shalat subuh 3 rakaat?

      1. Untuk Sesuatu yang telah jelas aturan dan hukumnya ( shalat subuh ) kenapa ada bertanya…? apakah anda shalat subuh 3 rakaat ?

      2. Demikianlah saudaraku seiman,
        Tidak ada dalil yang melarang shalat shubuh 3 rakaat, tapi tetap terlarang bukan? Padahal shalat khan baik?
        Karena pada asalnya ibadah itu tidak ada, shalat shubuh 3 rakaat akan ada kalau ada dalil yang memerintahkan. Karena tidak ada dalilnya maka tidak ada.
        Demikian juga kaidah ini berlaku untuk semua jenis ibadah.

        Apakah aturan dari Rasulullah tentang shalawat dan membaca Qur’an masih kurang jelas sehingga kita membuat-buat aturan baru?

      3. Amalan yang Rasulullah ajarkan melalui hadits2nya saja sudah banyak dan kita akan sangat sibuk jika mau mengamalkan semuanya. Jadi kita tidak membutuhkan lagi amalan-amalan baru. Mohon direnungkan kembali dengan hati dan pikiran yang jernih.
        Mohon maaf atas segala kesalahan.

  7. Assalamu’alaikum, Ana Sependapat dengan antum (Kang Aswad), semoga Allah memberikan kekuatan dan kemampuan untuk menangkal pemikiran dan subhat yang sudah banyak meracuni hati dan pikiran pemuda islam pada saat ini,,, teruskan ya Akhi…

  8. hamba yg dho'if Avatar
    hamba yg dho’if

    @Ferdi,

    klo saya boleh ikutan komen, mungkin mas Ferdi blm tau bahwa kaidah ushul suatu ibadah itu adalah terlarang hingga ada dalil yg memerintahkan, ini adalah suatu ijma’ diantara para ulama dan didasari oleh dalil. Coba mas Ferdi renungi firman Allah Ta’ala berikut :
    1. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS 4 : 103)
    2. Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. (QS 45 : 17)
    3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS 39 : 3)

    Lihatlah 3 dalil diatas mas, dengan sangat terangnya Allah Ta’ala menjelaskan pada kita bahwa semua ibadah kita yg wajib maupun yg sunnah telah diatur oleh Allah Azza wa Jalla dan telah diperjelas melalui lisan dan perbuatan NabiNya, inilah syari’at.

    Nah skrg, klo mas Ferdi berkata, “Untuk Sesuatu yang telah jelas aturan dan hukumnya ( shalat subuh ) kenapa ada bertanya?”. Afwan mas, skrg saya dan kang Aswad bisa balikkan pertanyaan serupa pada mas Ferdi, “coba tunjukkan dalil yg mengharamkan sholat subuh 3 raka’at.” Oleh karena itu mas Ferdi, dalam hal ini tidak tepat kita katakan tunjukkan dalil yg mengharamkan, namun kita katakan, “tunjukkan dalil yg memerintahkan.” Dan dalam hal maulid dan tahlil, telah banyak dalil dari Al Qur’an dan hadits agar kita mencintai Rasulullah dan agar kita memperbanyak mengucap tahlil, namun apakah harus dengan maulid? apakah tahlil harus dilaksanakan hanya ketika ada org meninggal atau ritual selametan sementara sehari2 lidah kita kering dan melupakan dzikrullah?

    Adakah dalil perbuatan dari Rasulullah dan para sahabatnya bahwa mereka merayakan maulid? padahal kita tahu bahwa para sahabat adalah org2 yg amat mencintai Rasul dibanding kita namun kenapa mereka tidak mensyari’atkannya sama sekali? Mengapa 4 imam madzhab juga tidak mensyari’atkan perayaan maulid? Dan Imam Syafi’i membenci al ma’tam yaitu berkumpul2 dan berkabung dirumah mayit walau tanpa tangisan, skrg klo banyak pengikut madzhab Syafi’i di Indonesia yg melakukan tahlil sehabis penguburan mayit padahal imam madzhab mereka sama sekali tidak menganjurkan hal itu, siapakah yg mereka ikuti skrg? Pdhl perbuatan mereka tidak dilandaskan dalil shahih, juga tidak pernah disyari’atkan Imam Syafi’i.

    Afwan kalau kepanjangan. Saya ingin mas Ferdi sedikit membuka akal dan hatinya disini karena saya ingin mas Ferdi mendapatkan kebaikan dan dijauhkan dari keburukan.

  9. khusus kepada ferdi yg sedang mencari kebenaran. dalam Al-Maidah:03 Allah Azza Wajalla berfirman Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. jadi sudah nyata sempurna tidak perlu penambahan. tetapi bagi antum dan yang lain berpendapat bahwa belum dan perlu memberikan catatan kaki (foot note) pada firman Allah Tabaroka Wata’ala dengan penambahan yang tidak pernah diajarkan, dicontohkan, didakwahkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. apakah antum menuduh bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berdusta dan menyalahi syariat agama islam hingga risalah yang sempurna ini hrus ditambah karena tidak sempurna.
    mengenai ultah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sudah melarang untuk melakukannya mengapa harus dilaksanakan. apalagi minta pahala dari acara tersebut, jika antum tidak menginginkan suatu acara karena kebencian pada hal itu (mengikuti budaya Nasrani) dan ana ngotot melaksanakannya kira-kira apa yang antum lakukan pada ana.
    Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memang teladan kita, memang junjungan kita, memang rujukan kita dalam ibadah maka sudah pantas kita mengikuti tata cara, perilaku, tuntunan agar selamat dunia dan akhirat. dan bukan mengikuti seseorang yang jauh dari Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan berpeganglah kamu dengan kepada sunnah-sunnah itu dengan kuat. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru (bid’ah) karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.” Hadist arbain No. 28

  10. Untuk semua kaum muslimin yang terjatuh dalam bid’ah segeralah meninggalkannya dan bertaubatlah sebelum anda menyesal.

  11. @ Ferdi
    Apakah ada tau defenisi Bid’ah ? Jika anda samakan Bid’ah+ Haram maka Facebook juga haram, motor juga haram…

    Bidah adalah membuat perkara-perkara baru dalam hal ibadah, bukan perkara dunia,.. dan ini termasuk ke dalam pengertian bidah secara syar’i, bukan secara bahasa,

    mobil adalah bidah, motor, pesawat terbang,handphone, komputer, sepeda, nasi goreng,… itu semuanya adalah bidah, tapi secara bahasa, (perkara baru, sebab di jaman rasulullah tidak ada) dan itu masuk ke dalam perkara dunia… bukan dalam hal ibadah,..

    Perkara dunia, jika bisa menunjang ibadah, maka itu bisa berpahala,… dan sebaliknya, jika malah digunakan untuk melakukan maksiat, maka ini tidak bernilai ibadah, bahkan mendatangkan dosa,..

    wallalhu’alam..

  12. Assalamu’alaikum wrwb,
    @Kang Aswad rahimakumullah, Mohon izin utk urun rembug..khususan buat mas Ferdy….

    Marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan mempelajari dan mengamalkan serta berpegang teguh di atas syariat-Nya. Karena di dalamnya ada cahaya dan petunjuk yang demikian mencukupi untuk membimbing dan mengatur seluruh sisi kehidupan kita. Mulai dari urusan rumah tangga hingga ketatanegaraan. Sehingga selama seseorang itu mengikuti petunjuk dan aturan-Nya pasti dia akan selamat di dunia dan akhirat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya di dalam firman-Nya:

    فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى
    “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.” (QS Thaha [20]: 123)

    Maka barangsiapa yang tidak merasa cukup dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menyelisihinya, pasti dia akan rugi dan celaka. Meskipun orang melihatnya hidup dengan penuh kemewahan dan serba ada.
    Namun sesungguhnya dia tidak merasakan kelapangan dan ketenangan di dalam jiwanya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam bagi orang-orang yang menyelisihi petunjuk-Nya di dalam firman-Nya:

    وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
    “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha [20]: 124)

    Seorang muslim yang hakiki tidak akan ridha untuk meninggalkan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meskipun ditawarkan kepadanya dunia seisinya. Dia akan tetap berpegang teguh di atas syariat-Nya meskipun cobaan dan ujian menimpa dirinya. Karena dia mengetahui bahwa kehidupan yang sesungguhnya bukanlah di dunia dan apa yang dimilikinya berupa kenikmatan dunia baik berupa harta, kedudukan, dan yang semisalnya, pasti akan sirna. Sehingga yang senantiasa diinginkan oleh dirinya adalah meraih kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diampuni seluruh dosanya serta mendapatkan hidayah dan curahan rahmat-Nya. Oleh karena itu, dia berusaha untuk mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dengan menaatinya dan tidak menyelisihinya. Karena itulah satu-satunya jalan yang harus ditempuh agar dirinya dicintai dan dirahmati serta diberi hidayah oleh Yang Maha Kuasa. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

    قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ
    غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. قُلْ أَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِيْنَ
    “Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir’.” (QS Ali ‘Imran [3]: 31-32)

    Maka di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa menaati Rasul-Nya adalah konsekuensi dan bukti dari cintanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sementara menyelisihinya adalah tanda kekufuran dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitakan di dalam Al-Qur`an bahwa barangsiapa menaati Rasul-Nya akan memperoleh hidayah-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

    وَإِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوا
    “Dan jika kalian menaatinya, niscaya kalian akan mendapat hidayah/petunjuk.” (QS An-Nur [24]: 54)

    Begitupula Allah Subhanahu wa Ta’ala beritakan bahwa taat kepada Rasul adalah sebab yang akan mengantarkan kita untuk mendapatkan rahmat-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya:

    وَأَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
    “Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi rahmat.” (QS Ali ‘Imran [3]: 132)

    Oleh karena itu, seorang muslim akan mengikuti jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan meninggalkan seluruh ajaran yang menyimpang dari ajarannya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia tidak akan terburu-buru dalam meyakini dan mengamalkan suatu ajaran dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik yang berupa ucapan maupun amalan anggota badan.

    Karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
    “Barangsiapa yang mengamalkan amalan yang tidak ada syariatnya dari kami maka amalan tersebut ditolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

    Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu mengatakan:

    لَقَدْ أَجْمَعَ النَّاسُ عَلَى أَنَّ مَنْ تَبَيَّنَ لَهُ سُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَجُوْزُ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ
    “Para ulama telah sepakat bahwasanya barangsiapa yang telah jelas baginya jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh baginya untuk meninggalkannya karena ucapan siapapun.”

    Ketahuilah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar jangan sampai terjatuh pada perbuatan bid’ah, yaitu mengada-adakan amalan ibadah baru yang tidak ada syariatnya. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

    وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    “Hati-hatilah kalian dari terjatuh kepada amalan-amalan ibadah baru yang diada-adakan, karena setiap amalan tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)

    Bahkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa perbuatan mengada-adakan amalan ibadah baru yang tidak ada syariatnya adalah sejelek-jelek amalan. Sebagaimana tersebut dalam haditsnya:

    وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا
    “Dan sejelek-jelek amalan adalah amalan ibadah yang diada-adakan (yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin).” (HR. Muslim)

    Wassalam

  13. Para Sahabatku rahimakumullah,

    Para ulama telah menjelaskan di dalam kitab-kitab mereka tentang maksud dari amalan bid’ah. Di antaranya disebutkan bahwa bid’ah adalah aturan yang diada-adakan dalam beragama yang menandingi syariat dan dimaksudkan dengan mengikuti aturan tersebut untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bid’ah itu bermacam-macam jenisnya. Ada yang berupa amalan ibadah baru yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Seperti mengadakan acara perayaaan dan peringatan hari kelahiran atau hari kematian seseorang. Ataupun dengan mengubah tata cara ibadah yang telah disyariatkan. Seperti berdzikir secara berjamaah dengan dipimpin oleh seorang imam setelah selesai dari shalat berjamaah.

    Para ulama telah menjelaskan di dalam kitab-kitab mereka tentang maksud dari amalan bid’ah. Di antaranya disebutkan bahwa bid’ah adalah aturan yang diada-adakan dalam beragama yang menandingi syariat dan dimaksudkan dengan mengikuti aturan tersebut untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bid’ah itu bermacam-macam jenisnya. Ada yang berupa amalan ibadah baru yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al-Khulafa` Ar-Rasyidin. Seperti mengadakan acara perayaaan dan peringatan hari kelahiran atau hari kematian seseorang. Ataupun dengan mengubah tata cara ibadah yang telah disyariatkan. Seperti berdzikir secara berjamaah dengan dipimpin oleh seorang imam setelah selesai dari shalat berjamaah.

    Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

    Seluruh jenis bid’ah dengan berbagai macamnya adalah sesat, sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

    وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    “Dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan Al-Albani rahimahullahu)

    Begitu pula dikatakan oleh Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:

    كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
    “Setiap bid’ah adalah sesat meskipun orang-orang menganggapnya baik.”

    Maka tidak benar kalau dikatakan ada bid’ah yang baik atau hasanah. Akan tetapi yang ada adalah sunnah yang hasanah, bukan bid’ah hasanah. Yaitu melakukan amal ibadah yang disyariatkan dan kemudian dicontoh serta diikuti oleh yang lainnya. Adapun mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan amal ibadah yang dibuat sendiri atau dibuat oleh gurunya, hal tersebut adalah amalan bid’ah dan tidak ada baiknya sama sekali. Karena seluruh amalan bid’ah adalah keluar dari petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun kadar kesesatannya dan kejelekannya berbeda-beda.

    Akhirnya, marilah kita senantiasa mengikuti wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpegang teguh di atas jalannya.

    Begitu pula wasiat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berhati-hati terhadap kerusakan yang sangat berbahaya, yaitu bid’ah serta orang-orang yang mengajaknya. Karena hal itu akan menjauhkan kita dari agama yang mulia.

    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

    Subhanakallahumma rabbana wabihamdika..Allahumaghfirlie..

  14. kang Aswad smoga Allah slalu memberikan rahmat hidayah dan taufikxa untk brkarya yg membawa manfaat bagi ummat.
    makasi untk artikelxa sangat brmanfaat untk kami

  15. Subhanallah…. Bagus dan harus disebarluaskan agar para ahli bid’ah segera menyadari kekeliruannya, dan kembali menjadi ahlu sunnah wal jama’ah sejati.

  16. […] Mengenal Seluk Beluk BID’AH (1): Pengertian Bid’ah — Muslim.Or.Id Mengenal Seluk Beluk BID’AH (2): Adakah BID’AH HASANAH? — Muslim.Or.Id Mengenal Seluk Beluk BID’AH (3): Berbagai Alasan Dalam Membela Bid’ah — Muslim.Or.Id Mengenal Seluk Beluk BID’AH (4): Dampak Buruk BID’AH — Muslim.Or.Id Bid’ah Dalam Perkara Duniawi Apakah Anda Tidak Takut Berbuat Bid’ah? Keanehan-Keanehan Pelaku Bid’ah […]

  17. Abu Muh.Reyhan Javier Kuris Avatar
    Abu Muh.Reyhan Javier Kuris

    Assalamu’alaikum

    Ana juga dulu seperti mas Ferdi.. tapi Alhamdulillah sekarang ana sdh menyadari kekhilafan ana selama ini. Sebenarnya yg ana rasakan dahulu, disaat ana tidak suka dengan orang yg mengatakan bid’ah pada maulidan, tahlilan kematian, do’a berjamaah, dll.. sebenarnya disebabkab ada rasa subjektif dan keberpihakan terhadap kebiasaan kita, keluarga, lingkungan, dan ustadz2 yg kebanyakan mengajarkan bid,ah. Karena sudah terbiasa, maka pemahaman itulah seolah yang benar, akhirnya hati kita tertutup untuk menerima kebenaran dari pihak lain, walaupun yang diajarkannya adalah kebenaran. Tapi syukur kepada Allah azza wa jalla karena ana diberi hidayah untuk dapat sedikit memahami mana yang benar dan mana yang salah, mana yang sunnah mana yg bid’ah berdasarkan hadist2 shohih dan pemahaman ulama ahlussunnah.

    Menurut apa yg ana rasakan, semua kuncinya ada di hati untuk dapat menerima kebenaran. Marilah kita bersihkan hati kita, hilangkan kefanatik butaan, lepaskan adat dan kebiasan yg salah, setelah itu barulah kita mencari dan menggali kebenaran berdasarkan Al Qur’an dan hadits shohih. Insya Allah akan diberikan hidayah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi siapa yang Dia kehendaki.

    Wassalam

  18. […] Kalo masih ngeyel juga ya saya barangkali bisa bertanya, kenapa antum yang mengatakan bid’ah itu hanya dalam kegiatan ibadah mahdhah (murni ibadah) seperti shalat, puasa, haji, dll, membolehkan juga berbuat bid’ah dalam ibadah mahdhah? Mereka melakukan shalat Raghaib, puasa Rajab, puasa mutih, dzikir berjama’ah, melafalkan niat, dll yang merupakan ibadah mahdhah. (https://kangaswad.wordpress.com/2009/08/13/keanehan-keanehan-pelaku-bidah/) […]

  19. […] Kalo masih ngeyel juga ya saya barangkali bisa bertanya, kenapa antum yang mengatakan bid’ah itu hanya dalam kegiatan ibadah mahdhah (murni ibadah) seperti shalat, puasa, haji, dll, membolehkan juga berbuat bid’ah dalam ibadah mahdhah? Mereka melakukan shalat Raghaib, puasa Rajab, puasa mutih, dzikir berjama’ah, melafalkan niat, dll yang merupakan ibadah mahdhah. (https://kangaswad.wordpress.com/2009/08/13/keanehan-keanehan-pelaku-bidah/) […]

  20. […] 9. Kita mengaku sangat mencintai Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sampai membuat-buat banyak pujian yang berlebihan kepada beliau. Namun anehnya, tatkala kita dinasehati dengan perkataan : “NabiShallallahu’alaihi Wasallam tidak mengajarkan hal ini” atau “NabiShallallahu’alaihi Wasallam melarang hal ini”, kenapa kita malah berdalih “Tapi ustadz/kyai saya melakukannya”. Apakah kita lebih mencintai ustadz dan kyai kita? (https://kangaswad.wordpress.com/2009/08/13/keanehan-keanehan-pelaku-bidah/) […]

  21. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
    أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
    “Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

Leave a reply to Kang Aswad Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Fawaid Kangaswad adalah platform dakwah sunnah melalui website fawaidkangaswad.id dan beberapa kanal di media sosial seperti whatsapp, telegram, instagram dan twitter.

Fawaid Kangaswad juga mengelola Ma’had Fawaid Kangaswad, yaitu program belajar Islam berbasis kitab kuning karya para ulama Ahlussunnah, melalui media grup Whatsapp.

Fawaid Kangaswad juga menyebarkan buku-buku serta e-book bermanfaat secara gratis.

Dukung operasional kami melalui:

https://trakteer.id/kangaswad
(transfer bank, QRIS, OVO, Gopay, ShopeePay, Dana, LinkAja, dll)

Atau melalui:

Bank Mandiri 1370023156371 a/n Yulian Purnama

Semoga menjadi pahala jariyah.

Trending